Langsung ke konten utama

Teori Komunikasi Massa


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Definisi Komuniksai Massa
Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication, artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Menurut Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) sesuatu bisa didefinisikan komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.      komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan  modern  untuk menyebarkan dan mentransmisikan pesan kepada khalayak yang luas dan tersebar,
2.      komunikator dalam komunikasi massa mencoba untuk berbagi pengetahuan dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain,
3.      pesan yang disampaikan bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang, dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain,
4.      komunikator dalam komunikasi massa biasanya berupa organisasi formal atau berbentuk suatu lembaga,
5.      komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper, artinya pesan yang disampaikan atau disebarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa dan,
6.      umpan balik yamg diterima dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.

2.2       Ciri-ciri Komunikasi Massa
Ciri-ciri yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi lain antara lain:
1        komunikator dalam komunikasi massa melembaga,
2        komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen,
3        pesannya bersifat umum,
4        komunikasi bersifat satu arah,
5        komunikasi massa menimbulkan keserempakan,
6        komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis dan,
7        komunikasi massa dikontrol gatekeeper
2.3       Fungsi Komunikasi Massa
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi komunikasi massa. Seperti halnya definisi komunikasi massa, fungsi komuniksai massa juga mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Meskipun memiliki pendapat yang berbeda namun titik tekan mereka kemungkinan sama.
Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain:
1.      to inform (memberi informasi),
2.      to entertain (memberi hiburan),
3.      to persuade (membujuk),
4.      transmission of the culture (transmisi budaya).
Sementara itu, menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Communication (1991) menyebutkan fungsi komunikasi massa antara lain:
1.      providing information,
2.      providing entertainment,.
3.      helping persuade dan contributing to social cohesion.
Ada pula fungsi komunikasi massa yang dikemukakan Harold D. Laswell yakni:
1.      surveillence of the environment (fungsi pengawasan),
2.      correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi korelasi),
3.      transmission of the social heritage from one generation to the next (fungsi pewarisan sosial).
2.4       Elemen-elemen Komunikasi Massa
Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku bagi komunikasi massa. Perbedaannya komunikasi massa dengan komunikasi pada umumnya lebih berdasarkan pada jumlah pesan berlipat-lipat yang sampai pada penerima. Dalam komunikasi massa pengirim sering disebut sebagi sumber atau komunikator, sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audience, komunikan, pendengar, pemirsa, penonton, atau pembaca. Sementara itu, saluran dalam komunikasi massa yang dimaksud antara lain televisi, radio, surat kabar, buku, film, kaset/cd dan internet yang juga sering disebut media massa. Ada beberapa elemen dalam komuniaksi massa antara lain:
1)      Komunikator
Komunikator disini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur dan staf teknis    yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator dalam komunikasi massa. Menurut Heibert, Ungurait dan Bohn setidaknya ada lima karateristik media massa antara lain daya saing, ukuran dan kompleksitas, industrialisasi, spesialisasi dan  terakhir perwakilan.

2)      Isi
Isi atau content suatu media massa tidak pernah sama antara yang satu dengan yang lainnya, sebab dalam melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Menurut Ray Eldon Hiebert (1995) media harus memuat setidaknya-tidaknya beberapa hal antar lain:
1.      berita informasi,
2.      analisis dan integrasi,
3.      pendidikan dan sosialisasi,
4.      hubungan masyarakat dan,
5.      iklan dan bentuk penjualan lain,dan hiburan.

3)      Audience
Audience atau komunikan dalam komunikasi massa sangat beragam mulai dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, surat kabar atau jurnal ilmiah. Menurut Heibert dan kawan-kawan audience dalam komunikasi massa memiliki karakteristik yakni:
1        audience cenderung besar,
2        audience bersifat heterogen,
3        audience cenderung anonim dan,
4        audience secara fisik dipisahkan dari komunikator
Menurut Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach (1988) ada tiga teori yang secra khusus membahas audience yakni individual differences perspective, social categorties perspective, dan  social relation perspective.

4)      Umpan balik
Umpan balik yang terjadi di media komunikasi massa adalah umpan balik tidak langsung, jadi komunikan memberikan reaksi kepada komunikator dalam jangka waktu tertentu dan tidak langsung seperti dalam komunikasi tatap muka. Jadi umpan balik tidak langsung bisa dikatakan sebagai ciri utama komunikasi massa.

5)      Gangguan
Gangguan dalam komunikasi massa terbagi menjadi dua macam yakni gangguan saluran dan gangguan semantik. Gangguan saluran ini dibagi menjadi dua yakni ganguan dalam dan gangguan luar. Gangguan dalam contohnya kesalahan cetak, kata yang hilang atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar atau bisa juga gambar tidak jelas dalam saluran televisi. Sedangkan gangguan luar contohnya telepon yang berdering dan gangguan suara ribut. Adapun gangguan semantik adalah gangguan yang berhubungan dengan bahasa atau dapat dikatakan gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. Biasanya gangguan ini sangat terasa sekali dalam media elektronik.

6)      Gatekeeper
Istilah gatekeeper pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin tahun 1947. Menurut John R.Bittner, gatekeeper diartikan sebagai individu-individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi.
2.5 Model – Model Komunikasi Massa
Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk menyampaikan pesan yang ditunjukkan pada sasaran, tetapi komunikasi juga berarti “makna” dan proses. Ketika seseoramg mengirimkan pesan, sebenarnya ada “makna” yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran komunikasi tersebut.
            2.5.1 Model Alir Dua Tahap
Dalam komunikasi massa dikenal model alir satu tahap (one step flow model), tetapi model ini sudah banyak ditinggalkan oleh ilmuwan komunikasi. Masalahnya, model alir satu tahap memiliki banyak kekurangan dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan media massa serta dampak yang ditimbulkannya saat ini. Model alir satu tahap banyak dipengaruhi media massa era Perang Dunia II yang mengatakan bahwa media massa sangat kuat memengaruhi benak audience. Sementara itu audience sendiri dianggap tidak mempunyai kekuatan untuk menghindar atau pasif dari pesan-pesan media massa. Dengan melihat perkembangan media massa beserta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya munculah teori alir dua tahap sebagai penyempurnaan model alir satu tahap. Dalam model ini media massa membawa pengaruh pada pemimpin opini, sedangkan pemimpin opini memengaruhi pendapat pengikutnya yang bersifat antar pribadi.
            2.5.2 Model Alir Banyak Tahap
Model ini mengatakan ada hubungan timbal balik antara media ke khalayak (yang juga berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian kembali lagi ke khalayak, dan seterusnya.
            2.5.3 Model Melvin De Fleur
Dalam model De Fleur, sumber dan pemancar tidak berada di satu posisi. Baginya, antara sumber dengan pemancar berbeda tahapannya dalam aktivitas komunikasi massa. Saluran menjadi media massa yang mampu menyebarkan pesan-pesan yang dikemukakan sumber. Sementara itu, fungsi penerima pesan adalah sebagai orang yang dikenai sasaran pesan yang disebarkan dan penginterpretasi pesannya. Tujuannya adalah menguraikan pesan dan memberi mereka interpretasi penerima.
            2.5.4 Model HUB
Model ini bisa dikatakan lebih komplit. Model komunikasi massa HUB adalah model lingkaran yang dinamis dan berputar terus-menerus. Model HUB adalah model lingkaran konsentris yang bergetar sebagai sebuah rangkaian proses aksi reaksi. Di dalam proses penyebaran ide dan gagasan, komunikator dibantu oleh media amplification (pengeras media). Pengeras ini juga berarti perluasan (extension). Tujuannya adalah agar pesan yang dikeluarkan sejelas dan sekomplit mungkin.
2.6 Teori-Teori Komunikasi Massa
2.6.1 Beberapa Definisi Teori
·         Menurut Tunner (1998), teori adalah cerita tentang bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi. Para ahli biasanya memulai menjelaskan atau mendefinisikan tentang teori mulai dari yang general atau dari yang umum hingga spesifik atau khusus.
·         Menurut Bowers dan Courtright (1984), teori adalah seperangkat pernyataan yang menyatakan hubungan antar variabel.
·         Menurut Bailey (1982), teori adalah penjelasan dan pemprediksian fenomena sosial yang berhubungan dengan subjek ketertarikan kepada beberapa fenomena yang lain.
2.6.2  Beberapa Teori Komunikasi Massa
1.      Hypodermic Needle Theory / Bullet Theory

Teori jarum hipodermik atau teori peluru berawal dari komunikasi massa yang terjadi sekitar tahun 1930-an dan 1940-an dimana pesan-pesan yang disajikan media massa berdampak kuat pada khalayak sebagai penerima pesan. Khalayak atau audience dianggap memiliki ciri khusus yang seragam dan dimotivasi oleh faktor biologis dan lingkungan dan juga dianggap hanya memiliki sedikit kontrol. Pesan-pesan yang disampaikan oleh media langsung sampai atau diterima oleh khalayak tanpa adanya perantara. Hal ini digambarkan layaknya peluru yang ditembakkan dari senapan dan langsung mengenai sasaran. Keberadaan teori ini juga tidak lepas dari adanya propaganda atau pesan-pesan yang dikirimkan oleh seorang komunikator kepada khalayak yang dapat memobilisasi opini khalayak ke arah yang diinginklan oleh si komunikator seperti yang terjadi pada era Perang Dunia II. Teori ini juga mengasumsikan bahwa media itu lebih cerdas daripada audience atau khalayak sehingga audience atau khalayak bisa dikelabui sedemikian rupa terhadap apa yang disiarkan oleh media. Teori ini juga beranggapan bahwa audience dapat ditaklukkan sedemikian rupa oleh media sehingga media dapat membentuk khalayak dengan leluasa.
Contoh Kasus:
Pada tahun 1938, di Amerika Serikat sebuah radio bernama Orson Welles mengudarakan sandiwara radio tentang invasi makhluk mars ke bumi. Hal ini menimbulkan kepanikan di seantero Amerika Serikat bahkan ada laporan bahwa terjadi keguguran pada seorang wanita yang sedang hamil karena kepanikan yang diakibatkan oleh penguadaraan sandiwara radio tersebut. Bahkan pihak radio sendiri mendapat tuntutan material kurang lebih 3 juta dolar.

2.      Cultural Imperialism Theory

Teori imperialisme budaya pertama kali dikemukakan oleh Herb Schiller pada tahun 1973. Teori ini menyatakan bahwa negara barat mendominasi media di seluruh dunia. Hal ini juga berarti bahwa media barat mendominasi media massa di dunia ketiga atau negara berkembang. Menurut teori ini, media massa barat sangat mengesankan dan media massa di dunia ketiga cenderung untuk mengikuti budaya yang ditampilkan dalam media massa barat. Dalam perspektif teori imperialisme budaya ini, ketika terjadi proses peniruan yang dilakukan media massa negara dunia ketiga terhadap media massa barat, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara dunia ketiga. Kebudayaan barat hampir memproduksi mayoritas media massa seperti film, berita , dan foto. Alasan mengapa kebudayaan barat hampir mendominasi media massa tersebut karena uang yang dimiliki oleh orang-orang barat, kemudian orang-orang barat juga memiliki teknologi yang canggih. Selanjutnya, negara dunia ketiga tanpa sadar mengikuti apa yang disajikan oleh media massanya yang sudah disisipi oleh kebudayaan barat. Saat itulah terjadi penghancuran budaya asli negara berkembang untuk kemudian diganti dan disesuaikan dengan budaya barat yang telah ada dalam media massa negara dunia ketiga. Kejadian ini disebut sebagai imperialisme budaya barat. Teori ini juga meyakini bahwa sepanjang negara dunia ketiga terus-menerus menyiarkan atau mengisi media massanya dari negara barat maka orang-orang di dunia ketiga akan selalu percaya apa yang harus mereka kerjakan, pikirkan dan rasakan. Perilaku tersebut sama seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari barat.

Contoh kasus:
Penayangan film-film barat di Indonesia dalam media massa di Indonesia seperti televisi mengikis budaya asli Indonesia seperti film-film barat yang menggambarkan gaya berbusana orang barat yang tidak sesuai dengan adat istiadat orang Indonesia sudah mulai mendominasi kehidupan sosial sebagian penduduk Indonesia dimana ada sebagian penduduk Indonesia yang bergaya kebarat-baratan. Adanya free-sex saat ini di Indonesia juga tidak lepas dari pengaruh budaya barat yang disiarkan oleh media massa di Indonesia.

3.      The Spiral of Silence Theory

Teori spiral keheningan atau spiral kesunyian atau spiral kebisuan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984 oleh Elizabeth Noelle-Neumann. Secara ringkas teori ini ingin menjawab pertanyaan mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat atau pandangan ataupun perasaan mereka ketika berada dalam kelompok mayoritas. Bahkan pada beberapa kesempatan orang-orang yang berasal dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk mengubah pendiriannya atau pandangannya ataupun perasaannya yang berbeda terhadap kelompok mayoritas ketika berada dalam kelompok mayoritas. Kajian teori ini menitikberatkan pada peran opini dalam interaksi sosial. Sebagaimana diketahui bahwa opini publik sebagai sebuah isu kontroversial yang akan berkembang pesat pada saat dikemukakan oleh media massa kemudian ketika isu kontroversial tersebut berkembang dalam kelompok mayoritas, orang-orang yang cendenrung kontra atau tidak sejalan dengan kelompok mayoritas akan cenderung diam. Teori ini juga menjelaskan mengapa orang-orang dari kelompok minoritas ketika berada di lingkungan kelompok mayoritas perlu  mengubah opini atau pandangannya agar sama terhadap kelompok mayoritas agar mereka tidak diisolasi dari pergaulan sosial tempat mereka berada.

Contoh kasus:
Penganut Ahmadiyah tidak berani menyuarakan aspirasinya di depan media massa layaknya orang-orang yang menentang kehidupan ahmadiyah seperti beberapa ormas yang berlandaskan agama. Ahmadiyah juga cenderung bungkam terhadap pemberitaan-pemberitaan yang menyudutkan dirinya di media massa. Kebungkamannya dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti rasa takut untuk semakin diasingkan secara sosial oleh kelompok mayoritas atau dapat juga disebabkan oleh trauma yang menimpa anggota lainnya seperti baru-baru ini yang terjadi di Cikeusik yang dapat memicu lebih bungkamnya ahmadiyah dan membuat lebih nyata bahwa mereka adalah kelompok minoritas yang berada di kalangan mayoritas.

4.      Uses and Gratifications Theory

Teori kegunaan dan kepuasan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1974 oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan media massa. Audience atau khalayak memiliki peran yang aktif dalam memilih media dalam rangka memenuhi kebutuhannya dan khalayak juga selektif dalam memilih media yang tepat dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Teori ini merupakan kebalikan dari teori jarum hipodermik atau teori peluru dimana pada teori tersebut audience atau khalayak dianggap pasif dan media sangat powerful dalam menyuntikkan pesan-pesannya kepada khalayak. Sementara dalam teori ini khalayak yang justru powerful dalam memilih media dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Hal ini memiliki arti bahwa terjadi proses seleksi media yang dilakukan oleh khalayak. Formula yang dirumuskan untuk menjelasakan teori ini adalah probabilitas seleksi akan sama dengan janji imbalan dibagi dengan upaya yang diperlukan. Formula ini menjelaskan bahwa imbalan atau hal yang didapat oleh khalayak dalam memenuhi kebutuhannya dibandingkan dengan upaya yang diperlukan dalam mengakses media tersebut atau manfaat yang akan diperoleh akan menghasilkan kemungkinan dipilihnya media massa tersebut oleh khalayak dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Gratifikasi atau kepuasan yang bersifat umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial.

Contoh kasus :
Banyak tujuan orang mengguanakan media massa contohnya televisi seperti untuk mendapatkan informasi dan mencari hiburan. Orang yang mencari informasi tidak mungkin menonton acara televisi yang menyajikan opera sabun atau sinetron namun mencari acara televisi yang menyajikan berita. Dalam menyajikan acara berita pun, orang juga cenderung akan memilih acara berita mana yang akan ditonton yang sesuai dengan kebutuhan orang tersebut, apakah berita politik dalam negeri, talkshow, berita poltik luar negeri, berita tentang selebritis, atau berita tentang keadaan ekonomi.

5.      Agenda Setting Theory

Teori ini muncul pertama kali pada tahun 1973 dan dikemukakan oleh Walter Lippman. Secara singkat teori penyusunan agenda ini mengatakan media, khususnya media berita tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil untuk memberi tahu kita untuk berpikir tentang sesuatu hal. Media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita pikirkan. Media massa memberikan agenda-agenda melalui pemberitaan-pemberitaannya kemudian masyarakat akan mengikutinya. Menurut teori ini, media memiliki kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu yang telah dirancang oleh media. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting  dan juga mengatur apa yang harus kita lihat atau tokoh siapa yang harus kita dukung. Teori ini juga menjelaskan bahwa media mengarahkan kita untuk memusatkan perhatian pada subjek atau objek tertentu yang diberitakan oleh media. Ini artinya media massa menentukan agenda kita. Menurut Stephen W. Littlejohn (1992) teori agenda setting berjalan dalam tiga bagian yakni :
1)      agenda media itu sendiri harus diformat,
2)      agenda media memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau isu tertentu bagi public, dan
3)      agenda publik memengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan
Dalam teori agenda setting terdapat dimensi-dimensi dalam setiap agenda yang ada seperti yang dikemukakan oleh Mannheim sebagai berikut:
1)      agenda media terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a)      visibility (visibilitas), yakni jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
b)      audience salience (tingkat menonjolnya berita bagi khalayak), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c)      valence (valensi), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkannya cara pemeberitaan suatu peristiwa.
2)      agenda khalyak, terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a)      familiarity (keakraban), yakni derajat kesadaran khalayak akan topic tertentu,
b)      personal salience (penonjolan pribadi) yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi,
c)      favorability (kesenangan), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita tertentu.
3)      agenda kebijakan terdiri dari dimensi-dimensi berikut:
a)      support (dukungan), yakni kegiatan menyenagkan bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan,
b)      likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan,
c)      freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan oleh pemerintah.
Contoh kasus:
Berita terbunuhnya gembong teroris Dr. Azhari yang terus menerus disiarkan dalam waktu rata-rata 30 menit dalam televisi dan disajikan pada surat kabar dengan mengisi hampir setengah halaman muka, berarti Dr. Azhari sedang ditonjolkan sebagai gembong teroris yang terbunuh atau pencapaian prestasi jajaran polisi membunuh teroris nomor wahid di Indonesia. Atau para bintang AFI, Idola Cilik, Indonesian Idol yang mendapat tayangan lebih, sehingga dari orang yang tak dikenal, karena terus diberitakan atau disiarkan hanya beberapa bulan menjelma menjadi bintang dan sangat terkenal oleh pemirsa televisi Indonesia.
6.      Technological Determinism Theory

Teori ini dikemukakan pertama kali pada tahun 1962 oleh Marshall McLuhan . Ide dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku, dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari abad  teknologi ke abad teknologi yang lain. Marshall McLuhan sebagai pencetus teori ini beranggapan bahwa budaya kita dibentuk dari cara kita berkomunikasi. Pertama, penemuan dalam bidang teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya. Kedua, perubahan dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia. Ketiga, peralatan komunikasi yang kita bentuk akhirnya memengaruhi kehidupan kita sendiri.  Teknologi komunikasi menyediakan pesan dan membentuk perilaku kita sendiri seperti halnya radio yang menyediakan pesan yang ditangkap oleh indera pendengaran manusia sementara televisi menyediakan pesan yang kemudian ditangkap oleh indera pendengaran dan penglihatan manusia. Pesan yang ditransmisikan oleh media massa masuk ke dalam perasaan manusia dan kemudian memengaruhi kehidupan manusia sehari-hari dan selanjutnya kita ingin terus menggunakan media massa tersebut. Marshall McLuhan menyimpulkan bahwa media adalah pesan itu sendiri. Menurut teori ini ada empat periode perkembangan teknologi dalam berkomunikasi yakni:
1. Era kesukuan, era atau masa dimana manusia menggunakan pendengaran dalam melakukan komunikasi sehingga pendengaran dalam era ini memegang peranan penting.
2. Era tulisan, era dimana manusia menggunakan tulisan dalam melakukan komunikasi, dalam era ini penglihatan memegang peranan penting seperi pendengaran dalam era kesukuan. Perubahan dari pendengaran ke penglihatan memperluas perasaan serta pikiran dari manusia.
3. Era mesin cetak, era dimana berbagai kegiatan manusia tersebar lebih luas. Penemuan mesin cetak memberi andil dalam membentuk pandangan dan opini orang-orang di seluruh dunia.
4. Era media elektronik, era dimana manusia dapat saling berkomunikasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa adanya batasan geografis dan batasan waktu. Era inilah yang mendasari adanya desa global.

Contoh kasus:
Sebelum ada internet, orang cenderung menggunakan surat atau telepon untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, namun seiring perkembangan teknologi dan ditemukannya internet, perkembangan komunikasi semakin pesat dimana tidak ada batas ruang dan waktu bagi orang-orang yang melakukan kegiatan komunikasi. Bahkan kemajuan teknologi dalam dunia komunikasi juga mendorong adanya aturan-aturan yang mengatur komunikasi dalam dunia maya khususnya dengan adanya UU ITE.

7.      Global Village     
                                        
Global village adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi dimana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 60-an dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Konsep ini berangkat dari pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang. Pada masa ini, mungkin pemikiran ini tidak terlalu aneh atau luar biasa, tapi pada tahun 60-an ketika saluran TV masih terbatas jangkauannya, internet belum ada, dan radio masih terbatas antardaerah, pemikiran McLuhan dianggap aneh dan radikal. Desa global menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet. McLuhan meramalkan pada saatnya nanti, manusia akan sangat tergantung pada teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. McLuhan memperkirakan apa yang kemudian terjadi pada masa sekarang, di abad ke-20 seperti saat ini. McLuhan memperkirakan pada masa digital dan serba komputer tersebut, persepsi masyarakat akan mengarah kepada perubahan cara serta pola komunikasi. Bagaimana pada saat itu, masyarakat tidak akan menyadari bahwa mereka sedang mengalami sebuah revolusi komunikasi, yang berefek pada komunikasi antarpribadi. Di mana pembicaraan akan suatu topik dapat menjadi konsumsi dan masukan bagi masyarakat luas, kecuali, tentu saja, hal-hal yang bersifat amat rahasia seperti rahasia perusahaan, rahasia negara, keamanan dan ketahanan. Semua orang berhak untuk ikut dalam pembicaraan umum, dan juga berhak untuk mengkonsumsinya, tanpa terkecuali.
McLuhan menyatakan bahwa desa global terjadi sebagai akibat dari penyebaran informasi yang sangat cepat dan besar di masyarakat. Penyebaran yang cepat dan besar ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (media massa). Manusia pada masa itu akan lebih menyukai komunikasi audiovisual yang atraktif, informatif, dan menghibur. Bertentangan dengan “kekuatan” teknologi media massa, manusia tidak akan mengagumi internet seperti pada awal kehadirannya di tengah masyarakat, sekalipun internet dapat menghubungkan satu orang dengan orang lainnya dalam tempat yang berjauhan, menyampaikan banyak pesan ke tempat yang berlainan dalam satu waktu bersamaan. Seiring berjalannya waktu, konsep ini terus berkembang. Konsep ini dianggap sesuai dengan keadaan masa kini, yakni teknologi komunikasi, salah satunya adalah internet, terbukti dapat menyatukan dunia. Perkembangan teknologi seperti yang dinyatakan dalam desa global, membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah orang selalu bisa mengetahui kabar terbaru yang terjadi di tempat lain, dapat berkomunikasi dan terhubung walau dalam jarak ribuan mil, mencari dan bertukar informasi. Adapaun dampak negatifnya adalah kecanduan internet, orang tidak dapat hidup tanpa internet, orang yang lebih eksis di dunia maya dibandingkan dunia nyata, yang menggangu hubungan sosialnya dengan orang lain.
 Indonesia telah mengalami pengglobalan dalam bidang informasi, sejak kemunculan internet pada pertengahan 90-an. Melalui internet dan televisi, masyarakat Sumatera Utara mengetahui apa yang sedang terjadi di Jakarta, begitu juga penduduk Jakarta yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia bagian Timur. Melalui internet, masyarakat antar kelompok dapat berhubungan dengan kelompok lain di dunia maya, contohnya komunitas pendukung batik sebagai warisan budaya bangsa dapat berkomunikasi dengan komunitas pendukung candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Lewat blog mahasiswa dapat bertukar data kuliah, informasi mengenai suatu peristiwa, bertukar pengalaman, maupun hal ringan untuk hiburan, semuanya dapat diakses melalui internet. Implementasi desa global ini membuat masyarakat yang saling berjauhan dapat saling berkomunikasi dan saling mengamati dimanfaatkan pemerintah pusat untuk menjangkau dan memonitor pemerintah daerah, apakah pemerintah daerah mengalami masalah, hambatan, apa perlu bantuan, dan sebagainya, tidak perlu langsung datang ke daerahnya yang jauh itu, hanya melalui telepon, internet, dan teknologi komunikasi lainnya.
Desa global juga berlaku di pedesaan. "Internet masuk desa" merupakan salah satu wujud desa global di Indonesia, terutama di pedesaan. Contohnya adalah desa Leuwiliang di Bogor, walaupun desa tersebut relatif jauh dari pusat kota, tetapi penduduknya tetap bisa merasakan jasa telekomunikasi menggunakan telepon. Contoh lainnya adalah internet yang sudah terpasang di daerah Bojong, Kotamdaya Purwakarta, kota realtif kecil dua jam dari Bandung, suatu hal yang luar biasa, mengingat masyarakat Bojong belum lama dapat mengakses telepon, kehadiran internet dengan cepat menyusul karena adanya perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan komunikasi di Indonesia.
Dampak desa global menurut McLuhan adalah informasi dan komunikasi akan sangat terbuka, begitu juga dengan peran media massa dalam mentransformasi pesan. Dampak bagi masyarakat adalah masyarakat akan cenderung mempunyai persepsi yang sama karena memperoleh kesamaan kesempatan untuk mengakses informasi. Contoh dampak desa global bagi masyarakat adalah gempa yang terjadi di Sumatera Barat dapat menimbulkan kesan yang sama pada orang di Bandung atau di Samarinda. Persepsi mereka terhadap pemberitaan media massa akan cenderung sama, yaitu sedih, iba, ingin membantu, dan sebagainya. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi masyarakat, yakni membantu mempercepat masyarakat untuk mendapat informasi terbaru mengenai suatu peristiwa. Media massa juga membantu masyarakat untuk menolong korban gempa di pariaman dan sekitarnya, dengan pemberitaan bantuan untuk korban gempa, seperti "X peduli gempa padang", "dompet amal gempa padang" dan sebagainya. Ada juga dampak negatif dari menjadi nyatanya konsep desa global ini, yakni siapapun dapat mengakses apapun, misalnya anak kecil yang dapat mengakses berita kekerasan lewat tayangan televisi, atau melihat video porno di internet. Masyarakat sendiri yang harus bisa menyaring apa yang mereka anggap baik bagi mereka. Sedangkan dampak desa global bagi media massa adalah berkembangnya industri media massa, baik media cetakmedia interaktif, maupun media elektronik. Banyaknya koran dalam bentuk on-line, yang dapat memperbaharui berita, melaporkan kejadian yang baru saja terjadi, langsung ditulis dan dipublikasikan melalui media interaktif tersebut. Selain itu, dampak desa global bagi media massa adalah berkembangnya media massa, tidak hanya sebagai industri yang berujung ekonomi, tetapi juga industri komunikasi dan informasi. Kemunculan teknologi seperti 3G, 4G, Wimax, situs jejaring sosial seperti facebooktwitterplurk tidak lepas dari kemunculan desa global.
Desa global masih terus berkembang, baik dari segi konseptual maupun aplikasi, karena Mcluhan tidak secara jelas menyatakan tanda-tanda keberakhiran desa global. Situs jejaring sosial yang sangat berkembang dan populer sekarang ini, seperti facebook, twitter, plurk, jelas merupakan bukti nyata perkembangan desa global di dunia, terutama di Indonesia. Desa global pada akhirnya tidak hanya menjadi konsep, tetapi lebih dari itu, mulai menjadi kenyataan yang tidak bisa diprediksi kapan akan berhentinya. Beberapa peneliti  menyatakan bahwa perkembangan teknologi komunikasi dan informasi akan membawa kehancuran sendiri pada manusia itu sendiri, sebagian lagi menyatakan bahwa itu tidak akan terjadi selama manusia dapat mengontrol teknologi itu sendiri.

























BAB III
 PENUTUP



3.1 Kesimpulan

Komunikasi tidak hanya terjadi antara orang perorangan atau antar kelompok namun juga dapat terjadi secara massal. Komunikasi yang terjadi dimana komunikan atau objek dari pesan yang dikirimkan oleh komunikator berupa khalayak ramai yang heterogen dan tidak saling mengenal dapat disebut komunikasi massa. Media massa memainkan peranan penting dalam komunikasi massa. Salah satu peran yang dilakukan oleh media massa adalah sebagai komunikator atau penyampai pesan. Selain itu media massa dapat memengaruhi opini sesorang dengan berita-berita yang disampaikan. Pesan-pesan yang disampaikan oleh media tidak seperti apa adanya (faktanya) namun telah melalui proses pengolahan. Meskipun begitu, tidak semua orang yang menerima pesan yang disampaikan media menerima begitu saja, ada proses pengolahan pesan-pesan yang disampaiakan media sebelum diyakini kebenarannya. Media juga dapat menggiring opini publik ke arah yang diagendakan oleh media.

3.2 Saran

Kita sebagai bagian dari audience dalam komunikasi massa harus cerdas dalam memandang suatu pesan yang dikirimkan oleh media. Kita harus melakukan proses analisa dan penyaringan pesan atau bila perlu melakukan pengecekkan kepada objek dari pesannya langsung agar pesan yang kita terima benar-benar valid.














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Informasi Organisasi Karl Weick

Teori Informasi Organisasi Berdasakan Penelitian Karl Weick Tugas untuk mengelola informasi dalam jumlah besar adalah sebuah tantangan bagi khalayak organisasi. Ketika pilihan-pilihan kita untuk saluran-saluran komunikasi meningkat, jumlah pesan yang kita kirim dan terima, dan juga kecepatan kita mengirim pesan tersebut meningkat pula. Organisasi tidak hanya dihadapkan pada tugas untuk mengartikan pesan yang diterima, tetapi juga menghadapi tantangan untuk menentukan siapa yang harus menerima informasi tersebut demi mencapai tujuan organisasi. Media baru mampu membuat perusahaan menyelesaikan tujuan mereka dalam berbagai cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Konferensi video, teleconference, ruang chat, e-mail, dan televisi interaktif memungkinkan orang seperti Dominique untuk memberikan kesempatan kepada timnya untuk secara simultan berbagi dan memberikan reaksi terhadap banyak sekali informasi. Tiap tim diberikan kesempatan untuk memutuskan informasi apa yang penting untuk tug...

KONFORMITAS DALAM KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1        Latar Belakang Individu sebagai kesatuan organik yang terbatas memiliki karakter dan sifat yang berbeda satu sama lain. Manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk sebuah kelompok untuk tetap bertahan hidup dan mencapai suatu tujuan tertentu. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Dalam sebuah kelompok terdapat orang-orang dengan latar belakang yang berbeda, memiliki kemampuan dan kelemahan yang berbeda, sehingga perbedaan ini akan menjadi kekuatan besar dalam suatu kelompok untuk mengambil suatu keputusan-keputusan terbaik dan kondisi ini akan memperkuat induvidu anggota kelompok dalam menutupi kelemahan-kelemahannya. Dalam kelompok terdapat kepercayaan tertentu (norma) yang cenderung akan diikuti oleh seluruh individu yang ada dalam kelomp...

ANALISIS SWOT dan COMPANY PROFILEPT. Frisian Flag Indonesia

Bab I 1.1   Latar belakang Industri produk berbasis susu di Indonesia berkembang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan bermunculannya inovasi – inovasi baru di bidang pengolahan produk berbasis susu. Demikian pula dengan komposisi dan kemasannya, dibuat menarik perhatian dengan harga terjangkau. Selain itu, hal ini juga semakin teredukasinya dan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya mengkonsumsi susu setiap hari. Indoneia memiliki ladang yang baik untuk peternakan sapi sehingga akan menghasilkan susu yang berkualitas tinggi. Kini, produk susu termasuk produk yang sangat dibutuhkan semua orang, baik tua maupun muda. Fakta inilah yang akhirnya mendorong para pelakunya lebih giat merebut hati konsumen. Setidak-tidaknya, produk ini dibutuhkan oleh 150 juta penduduk Indonesia. Populasi dunia meningkat dengan cepat, daya beli meningkat, sementara pada saat yang sama, makanan, bahan baku, dan energi berada dalam pasokan pendek. Ini memberi Frisian Flag Indones...