Langsung ke konten utama

Teori Uses and Gratification Pada Media Massa

Teori Uses and Gratification

Terdapat berbagai macam teori yang bisa digunakan dalam menjelaskan studi tentang alasan seseorang menggunakan atau memilih sebuah media. Sebagai sebuah teori yang berkaitan dengan khalayak yang aktif, uses and gratification memiliki kelebihan dalam hal melihat respon dari khalayak. Teori ini mengasumsikan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan sebuah media (Klepper, 1963 :527).

West dan Turner (2008: 100) menjelaskan bahwa pada masa awal media massa (era koran, radio, film, dan film suara), Teori Masyarakat Massa (Mass Society Theory), sebuah teori yang mengasumsikan rata-rata orang merupakan korban tak berdaya dari media massa, mendefinisikan hubungan antara khalayak dan media yang mereka konsumsi. Pemikiran ini pada akhirnya di diskreditkan, karena ilmu sosial -dan pengamatan yang sederhana– tidak dapat mengonfirmasikan operasi dari media yang sangat kuat dan pesan-pesan media. Jelas sekali, tidak hanya kebanyakan orang tidak secara langsung dipengaruhi oleh pesan media; tetapi ketika mereka dipengaruhi, mereka tidak akan dipengaruhi secara sama.

Kemudian, teori Masyarakat Massa digantikan oleh apa yang disebut dengan teori pengaruh terbatas (limited effect), merupakan konsepsi pengaruh media yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu dari kehidupan personal dan sosial anggota khalayak. Dua pendekatan pada orientasi pengaruh terbatas sudah diidentifikasi. Pertama, Perspektif perbedaan individu (individual differrences perspective) melihat kekuatan media dibentuk oleh faktor-faktor personal seperti kecerdasan dan penghargaan diri. Contohnya, orang pintar dan orang yang mapan adalah orang yang mampu untuk mempertahankan diri mereka terhadap dampak media yang tidak diinginkan. Pandangan ini mendapat banyak tentangan karena menyiratkan bahwa orang tidak cukup pintar atau cukup kuat untuk melindungi diri mereka terhadap pengaruh media yang tidak diinginkan. Pendekatan pengaruh terbatas yang kedua, Model kategori sosial (social categories model), melihat kekuatan media terbatas oleh asosiasi anggota khalayak dan afiliasi kelompok. Pandangan ini menyatakan bahwa orang secara relatif memiliki sedikit pilihan pribadi dalam menginterpretasikan makna pesan yang mereka konsumsi dan dalam menentukan tingkat pengaruh pesan terhadap diri mereka (Lazarsfeld, 1948).  

Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevitch pada tahun 1974 yang mempresentasikan sebuah artikulasi yang sistematis dan komprehensif mengenai peran anggota khalayak dalam proses komunikasi massa. Rumusan dari pemikiran ini menghasilkan Teori uses and gratification. Teori Uses and gratification merupakan bagian dari studi tentang efek media (McQuail, 1994). Teori ini berasumsi bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) untuk menghasilkan kepuasan (hasil). Pengguna aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, pengguna media mempunyai pilihan alternatif media dan konten media untuk memuaskan kebutuhannya (Cantril, 1942).

Dalam teori uses and gratifications ditekankan bahwa pengguna aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. pengguna mempunyai kebebasan bagaimana mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sangat bergantung pada tersedia atau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Kita bisa memahami interaksi orang dengan media oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratification). Khalayak aktif memilih media karena masing-masing pengguna berbeda tingkat pemanfaatan medianya (Blumler, 1979: 265).
Pada dasarnya terdapat lima asumsi dari teori uses and gratification yang dikemukakan oleh Katz, Blumler, dan Gurevitch, yaitu:
1.      Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
2.      Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak.
3.      Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.
4.      Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut.
5.      Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.

Model uses and gratification memandang individu sebagai makhluk supra-rasional dan sangat selektif, jadi model ini bertolak belakang dengan model atau teori “jarum Hipodermik” atau “Magic Bullets Theory” yang memandang media massa, lewat pesan-pesannya, adalah sangat powerful (Windahl, 1984: 176).

Pada awalnya perspektif dari teori uses and gratification berkembang didalam teori komunikasi untuk mengidentifikasi dan memberikan profil dari motivasi khalayak untuk penggunaan radio dan juga televisi. Setelah itu teori ini mulai sering digunakan untuk mempelajari media online seperti televisi berbayar, perekam video, dan media-media lainnya yang bermunculan.

Dari awal kemunculannya, teori ini telah menyediakan dasar dari motivasi dan niat khalayak dalam menggunakan media yang kemudian menghasilkan kepuasan dari penggunanya. Dengan menggunakan pendekatan “bagaimana dan kenapa” dalam memahami motivasi dari penggunaan media, kita dapat mengerti bahwa gratifikasi sebagai suatu hal yang dapat didefinisikan sebagai kepuasan yang diberikan oleh penggunanya, berhubungan dengan pertanyaan tentang penggunaan secara aktif sebuah media (Leung & Wei, 2000. p.315).

Secara spesifik, teori uses and gratification membawa sudut pandang pengguna sebuah media yang bertolak belakang dengan sudut pandang eskpos terhadap khalayak yang biasa digunakan dalam memahami penggunaan sebuah media. Dengan kata lain, Teori uses and gratification dapat memberikan sudut pandang dari pengguna sebuah media seperti internet. Dengan ideom interaktivitas dan kontrol dari pengguna yang melekat pada media internet, pendekatan ini sangat cocok untuk mengupas penggunaan internet diantara para penggunanya (Stafford dan Stafford, 1996: 29).

Para peneliti komunikasi menyatakan bahwa model tradisional dari uses and gratifications masih dapat memberikan kerangka kerja yang berguna dalam melakukan studi tentang internet dan konsumsi terhadap media online dan juga penjelasan secara teoritis yang meyakinkan pada perubahan pola konsumsi media terutama adopsi terhadap teknologi baru seperti internet. Para pengguna internet dapat membagi dan memuaskan keinginan mereka seperti pada sumber media lainnya (televisi, radio, koran, buku, film) karena karakteristik multimedia dari internet dapat memfasilitasi semua kegunaan tersebut untuk mengalihkan gratifikasi mereka.

Walaupun sebenarnya hal ini harus dilihat dari bagaimana internet sebagai sebuah media mampu memenuhi kebutuhan dari penggunanya, terutama lima kebutuhan yaitu : cognitive, affective, personal integrative, social integrative, dan escapist needs dan internet dapat melakukannya dengan cara yang sudah termodifikasi (December, 1996:14).

Hasil dari studi uses and gratification yang sudah pernah dilakukan sebelumnya terhadap alasan seseorang menggunakan media terbagi menjadi dua hal, yaitu: Content Gratification. Seseorang menggunakan media dikarenakan konten atau isi dari media tersebut. Tipe gratifikasi ini berpusat kepada “pesan” yang dihantarkan oleh suatu media. Misalnya: informasi berita, hiburan, dan lainnya. Proses gratification seseorang menggunakan media untuk pengalaman yang didapat dari proses penggunaan media. Tipe gratifikasi ini berpusat kepada penggunaan sebenarnya dari media itu sendiri. Misalnya: bermain dengan teknologi, browsing.

Pada masa awal studi uses and gratification dilakukan, para peneliti komunikasi menyatakan bahwa lebih penting untuk mengetahui bagaimana seseorang akan tetap menggunakan sebuah media setelah mengalami pengalaman penggunaan (efek konten media) daripada mengetahui bagaimana seseorang dapat menggunakan media tersebut (efek browsing).

Perbedaan antara content gratification dan process gratification juga dapat berlaku pada media internet. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan akses internet. Beberapa pengguna internet mungkin ingin melakukan hal-hal spesifik saat browsing dan langsung mengunjungi halaman situs yang dituju. Hal ini dapat disebut juga sebagai content gratification.

Di sisi lain, terdapat juga beberapa pengguna internet yang melakukan aktivitas browsing hanya karena sedang merasa bosan dan ingin mencari kesenangan dengan secara acak membuka sebuah situs. Hal ini dapat dikategorikan sebagai process gratification. Namun saat seseorang menggunakan internet karena process gratification namun menandai situs yang dikunjunginya, maka terjadi perubahan dari process gratification menjadi content gratification karena hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat ketertarikan terhadap konten dari situs yang dikunjunginya (Stafford dan Stafford, 2001: 22).


Dalam beberapa penelitian uses and gratification terhadap internet,ditemukan bahwa motivasi seseorang dalam mengakses internet lebih kepada Content Gratification. Lebih lanjut, “pencarian informasi” merupakan Content Gratification yang dinilai oleh para pengguna internet sebagai motivasi mereka dalam menggunakan internet (Katz dan Aspden, 1997: 81). 

sumber : Mayendra, Derry. 2013. Pengaruh Kredibilitas Berita Politik Dalam Media Online Okezone.com Terhadap Preferensi Pengguna. Penulisan Ilmiah : Universitas Gunadarma
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arifin, Anwar.2010. Opini Publik. Depok : Gramata Publishing
Creswell, John W. 2010. Research Design ( Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Flanagin, A.J., Metzger, M.J. 2000. Perceptions of Internet Information Credibility. Massachusetts: Journalism & Mass Communication.
McQuail, Dennis. 2009. Mass Communication Theory. London : Stage Publication, Ltd
Nimmo, Dan. 2008. Komunikasi Politik. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nurudin, M.Si. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Salwen, M.B., Garrison, B., Driscoll, P.D. (2005). Online News and The Public. London: Lawrence Erlbaum Associates.
Sugiyono. 2009. Metode Penelian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Romli, Asep Syamsul M. 2012 .Journalistik Online : Panduan Praktis Mengelola Media Online . Bandung : Nuansa Cendekia.
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Kencana
Jurnal :
Demir, Muge. 2011. Importance of Ethic, Credibility and Reliability in Online Journalism. Volume 24. European Journal of Social Scince
Ruggiero, Thomas E. 2000. Uses and Gratification Theory in the 21st Century. Journal Mass Communication & Society : University of Texas
Penelitian Sebelumnya :
Farrendhika, Erika Elga. 2010. Kepentingan bisnis dan poltik dalam penentuan berita utama di Banten Raya Post. Skripsi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Indarto, Rossi Prasetya. 2011. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Bundling Kartu GSM dengan Smartphone. Tesis : Universitas Indonesia.
Lanny. 2009. Pengaruh kualitas media online terhadap citra perusahaan (studi pada member forum online TPI). Skripsi : Universitas Indonesia
Mawardi, Gema. 2012. Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Berita Mundurnya Surya Paloh dari Partai Golkar di mediaindonesia.com dan vivanews.com Tanggal 7 September 2011. Skripsi : Universitas Indonesia
Mia, Sari. 2009. Hubungan antara tipe kepribadian dengan pemilihan jenis program televisi ( studi pada khalayak dengan profesi ibu rumah tangga di wilayah Depok lama). Skripsi : Universitas Indonesia
Prayudhi, Dani. 2011. Persepsi Mahasiswa Tentang Tingkat Akurasi Pemberitaan Media Online detik.com. Skripsi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Renzulli, Ardha. 2012. Hubungan Faktor Kredibilitas Media Terhadap Aktivitas Akses Berita Online Berdasarkan Segmentesi Psikologis.Tesis : Universitas Indonesia
Susanto, Leo.2012. Signifikansi Internet dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Terhadap Solidaritas Sosial. Populer Research Competition : Universitas Indonesia
Widodo, Rahmat. 2012. Kredibelitas pemberitaan pada portal berita online vivanews.com. Skripsi : Universitas Diponogoro




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Populer

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi baik dalam bidang teknologi, baik dalam bidang teknologi informasi maupun teknologi transportasi mendorong munculnya produk-produk kebudayaan baru dalam masyarakat. Dalam beberapa masyarakat, ada produk kebudayaan yang terus dipertahankan dari masa ke masa yang tidak boleh diubah. Adanya kebudayaan-kebudayaan baru yang masuk dalam suatu masyarakat tidak lepas dari peran komunikasi dan bisanya proses komunikasi yang terjadi melibatkan media massa karena daya jangakaunya lebih luas. Salah satu wujud kebudayaan yang dihasilkan dengan adanya keterlibatan media massa adalah kebudayaan massa atau mass culture dan kebudayaan popular atau pop culture . Berbagai wujud pop culture ada disekitar kita seperti gaya berbusana, makanan, music dan film. Tak bisa dipungkiri lagi, keberadaan pop culture mewarnai kehidupan sosial kita. Bila kita amati berbagai wujud pop culture yang ada disekitar kita memang tidak lepas dari peran media

ANALISIS SWOT dan COMPANY PROFILEPT. Frisian Flag Indonesia

Bab I 1.1   Latar belakang Industri produk berbasis susu di Indonesia berkembang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan bermunculannya inovasi – inovasi baru di bidang pengolahan produk berbasis susu. Demikian pula dengan komposisi dan kemasannya, dibuat menarik perhatian dengan harga terjangkau. Selain itu, hal ini juga semakin teredukasinya dan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya mengkonsumsi susu setiap hari. Indoneia memiliki ladang yang baik untuk peternakan sapi sehingga akan menghasilkan susu yang berkualitas tinggi. Kini, produk susu termasuk produk yang sangat dibutuhkan semua orang, baik tua maupun muda. Fakta inilah yang akhirnya mendorong para pelakunya lebih giat merebut hati konsumen. Setidak-tidaknya, produk ini dibutuhkan oleh 150 juta penduduk Indonesia. Populasi dunia meningkat dengan cepat, daya beli meningkat, sementara pada saat yang sama, makanan, bahan baku, dan energi berada dalam pasokan pendek. Ini memberi Frisian Flag Indonesia,

Teori Informasi Organisasi Karl Weick

Teori Informasi Organisasi Berdasakan Penelitian Karl Weick Tugas untuk mengelola informasi dalam jumlah besar adalah sebuah tantangan bagi khalayak organisasi. Ketika pilihan-pilihan kita untuk saluran-saluran komunikasi meningkat, jumlah pesan yang kita kirim dan terima, dan juga kecepatan kita mengirim pesan tersebut meningkat pula. Organisasi tidak hanya dihadapkan pada tugas untuk mengartikan pesan yang diterima, tetapi juga menghadapi tantangan untuk menentukan siapa yang harus menerima informasi tersebut demi mencapai tujuan organisasi. Media baru mampu membuat perusahaan menyelesaikan tujuan mereka dalam berbagai cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Konferensi video, teleconference, ruang chat, e-mail, dan televisi interaktif memungkinkan orang seperti Dominique untuk memberikan kesempatan kepada timnya untuk secara simultan berbagi dan memberikan reaksi terhadap banyak sekali informasi. Tiap tim diberikan kesempatan untuk memutuskan informasi apa yang penting untuk tug