Definisi Konseptual KRISIS, KONFLIK dan RISIKO
Manajemen Krisis mengandung arti the capacity to understand, mobilize, coordinate, and direct all strategic and policy planning function, and all public affairs/public relations skills, toward achievement of one obyective : meaningfull participation in creation of public policy that affects personal and institutional destiny (Seitel, 2004, p. 491). Artinya, Manajemen Krisis adalah pendekatan kapasitas untuk memahami, mengerahkan, mengkoordinasikan, dan menjadikan satu semua strategi dan fungsi kebijakan, serta semua keahlian hubungan dengan publik atau keahlian public relations, menjadi sebuah pemahaman yang obyektif : berisikan partisipasi dalam membentuk kebijakan publik yang dapat berpengaruh terhadap masa depan masing-masing individu bahkan perusahaan atau institusional. Hal senada diungkapkan Rhenald Kasali (2003), bahwa Manajemen Krisis adalah proses cepat yang digunakan untuk membantu perusahaan dalam mengenali gejala krisis dari awal dan membangun sistem untuk mencegah terjadinya kerusakan, kerugian, dan hilangnya nama baik (p. 243).
Public Relations lebih dikenal sebagai salah satu fungsi tersendiri dari manajemen yang membantu membangun dan memelihara jalur komunikasi mutual, pemahaman, penerimaan, dan kerjasama antara organisasi dengan publiknya; mencakup pengelolaan berbagai masalah dan isu; membantu manajemen senantiasa tahu dan responsive terhadap opini publik; mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publiknya; membantu manajemen mengejar ketertinggalan dan secara efektif mendayagunakan perubahan, dan bertindak sebagai sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi tren-tren; dan menggunakan riset serta teknik-teknik komunikasi yang etis dan sehat sebagai alat- alat utamanya (Ries, 2003, p. 271).
Hubungan Public Relations dalam Manajemen Krisis adalah, Manajemen Krisis merupakan salah satu peranan Public Relation dalam memberikan masukan
Manajemen Konflik mengandung arti, menata rasa tertekan dan frustasi, mencari informasi dan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelum konflik terjadi, memperoleh perspektif baru dari kekeliruan sudut pandang para pelaku konflik, menentukan keputusan dan pemecahan masalah dengan lebih baik, meningkatkan keakraban para anggota kelompok oraganisasi dan menghargai perbedaan yang ditemukan dalam konflik dan mengatasinya melalui suatu proses sinergitas untuk meningkatkan kekuatan organisasi atau kelompok (Eunsen, 2007, p. 241).
Pandangan Tradisional, konflik adalah disfungsional sehingga harus dihindari. Pandangan Moderate, konflik tidak dapat dihindari dan dapat memberikan manfaat kinerja. Pandangan Terkini, konflik diciptakan untuk merubah situasi dan kondisi tenang yang sesungguhnya statis, apatis untuk memotivasi anggota kelompok organisasi menjadi inovatif kreatif (Stephen, 2003, p.240).
Manajemen Risiko artinya adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum). Manajemen risiko terkini seperti keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam Manajemen Risiko dapat diklasifikasi menjadi
• Risiko Operasional
• Risiko Hazard
• Risiko Finansial
• Risiko Strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi Korporasi (Enterprise Risk Management).
Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring dan evaluasi
Teori Informasi Organisasi Berdasakan Penelitian Karl Weick Tugas untuk mengelola informasi dalam jumlah besar adalah sebuah tantangan bagi khalayak organisasi. Ketika pilihan-pilihan kita untuk saluran-saluran komunikasi meningkat, jumlah pesan yang kita kirim dan terima, dan juga kecepatan kita mengirim pesan tersebut meningkat pula. Organisasi tidak hanya dihadapkan pada tugas untuk mengartikan pesan yang diterima, tetapi juga menghadapi tantangan untuk menentukan siapa yang harus menerima informasi tersebut demi mencapai tujuan organisasi. Media baru mampu membuat perusahaan menyelesaikan tujuan mereka dalam berbagai cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Konferensi video, teleconference, ruang chat, e-mail, dan televisi interaktif memungkinkan orang seperti Dominique untuk memberikan kesempatan kepada timnya untuk secara simultan berbagi dan memberikan reaksi terhadap banyak sekali informasi. Tiap tim diberikan kesempatan untuk memutuskan informasi apa yang penting untuk tug...
Komentar